50 tahun yang lalu aku berdiri disini sebagai mahasiswa dengan jaket kuning;
Tahunnya 65.
Pada tahun itu ada seorang mahasiswa di fakultas sebelah sana,
Fakultas Kedokteran; yang ditembak mati.
Dia disemayamkan di aula.
Kemudian, di pintu itu ada tiga siswa SMP membawa karangan bunga;
mau masuk ke sini takut.
Karena di sini semua orangnya dewasa, mahasiswa, dan beratus-ratus di sini.
Arif Rachman Hakim disemayamkan di aula di sana (Fakultas Kedokteran UI).
Anak kecil itu membawa karangan bunga,
tiga anak kecil berdiri di pintu Kampus UI membawa karangan bunga.
Kemudian mereka berkata : "karangan bunga ini adalah untuk kakak kami;
Arief Rachman. yang ditembak tadi pagi".
Aku pada waktu itu berdiri di sini, dengan jaket kuning yang lusuh, menangis melihat itu
Pada waktu itu, koruptor-koruptor baru sebesar tikus, sebesar tikus, jumlahnya satu regu.
Tahun 15 ini koruptor-koruptor yang sebesar tikus itu kini sebesar gajah.
Dulu cuma satu regu, sekarang satu pelewan.
Kita Lawan!!
@Taufik Ismail.
Menutup orasinya, ia membacakan karya puisinya.
sebuah kritik pedas bagi bangsa Indonesia; yang berjudul :
“Kami Muak dan Bosan”
Dahulu di abad-abad yang silam
Negeri ini pendulunya begitu ras serasi dalam kedamaian Alamnya indah, gunung dan sungainya rukun berdampingan.
Pemimpinnya jujur dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan.
Ciri utama yang tampak adalah kesederhanaan.
Hubungan kemanusiaanya adalah kesantunan dan kesetiakawanan.
Semuanya ini fondasinya adalah
Keimanan.
Tapi..,
Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok.
Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu.
Negeri penyogok dan koruptor.
Negeri yang banyak omong, Penuh fitnah kotor.
Begitu banyak pembohong Tanpa malu mengaku berdemokrasi.
Padahal dibenak mereka mutlak dominasi uang dan materi.
Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji.
Kini..,
Mobil, tanah, deposito, dinasti, relasi dan kepangkatan.
Politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan.
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan.
Kini..,
Negeri kita penuh dengan wong edan, gendeng dan sinting.
Negeri padat, jelma, gelo, garelo, kurang ilo, manusia gila, kronis, motologis, secara klinis nyaris sempurna, infausta.
Jika penjahat-penjahat ini dibawa didepan meja pengadilan.
Apa betul mereka akan mendapat sebenar-benar hukuman.
Atau sandiwara tipu-tipuan terus-terus diulang dimainkan.
Divonis juga tapi diringan-ringankan.
Bahkan berpuluh-puluh dibebaskan.
Lantas yang berhasil mengelak dari pengadilan lari keluar negeri dibiarkan.
Dan semuanya itu tergantung pada besar kecilnya uang sogokan
Di Republik Rakyat Cina, Koruptor Dipotong kepala.
Di kerajaan arab saudi, Koruptor Dipotong tangan.
Di Indonesia, Koruptor Dipotong masa tahanan.
Kemudian berhanyutanlah nilai-nilai luhur luar biasa tingginya.
Nilai Keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan, Tanggung jawab, ketertiban, pengendalian diri, Remuk berkeping-keping
Akhlak bangsa remuk berkeping-keping.
Dari barat sampai ke timur Berjajar dusta-dusta itulah kini Indonesia.
Sogok Menyogok menjadi satu, Itulah tanah air kita Indonesia.
Kami Muak dan bosan..
Kami Sudah lama Kehilangan kepercayaan..
....
Tahunnya 65.
Pada tahun itu ada seorang mahasiswa di fakultas sebelah sana,
Fakultas Kedokteran; yang ditembak mati.
Dia disemayamkan di aula.
Kemudian, di pintu itu ada tiga siswa SMP membawa karangan bunga;
mau masuk ke sini takut.
Karena di sini semua orangnya dewasa, mahasiswa, dan beratus-ratus di sini.
Arif Rachman Hakim disemayamkan di aula di sana (Fakultas Kedokteran UI).
Anak kecil itu membawa karangan bunga,
tiga anak kecil berdiri di pintu Kampus UI membawa karangan bunga.
Kemudian mereka berkata : "karangan bunga ini adalah untuk kakak kami;
Arief Rachman. yang ditembak tadi pagi".
Aku pada waktu itu berdiri di sini, dengan jaket kuning yang lusuh, menangis melihat itu
Pada waktu itu, koruptor-koruptor baru sebesar tikus, sebesar tikus, jumlahnya satu regu.
Tahun 15 ini koruptor-koruptor yang sebesar tikus itu kini sebesar gajah.
Dulu cuma satu regu, sekarang satu pelewan.
Kita Lawan!!
@Taufik Ismail.
Menutup orasinya, ia membacakan karya puisinya.
sebuah kritik pedas bagi bangsa Indonesia; yang berjudul :
“Kami Muak dan Bosan”
Dahulu di abad-abad yang silam
Negeri ini pendulunya begitu ras serasi dalam kedamaian Alamnya indah, gunung dan sungainya rukun berdampingan.
Pemimpinnya jujur dan ikhlas memperjuangkan kemerdekaan.
Ciri utama yang tampak adalah kesederhanaan.
Hubungan kemanusiaanya adalah kesantunan dan kesetiakawanan.
Semuanya ini fondasinya adalah
Keimanan.
Tapi..,
Kini negeri ini berubah jadi negeri copet, maling dan rampok.
Bandit, makelar, pemeras, pencoleng, dan penipu.
Negeri penyogok dan koruptor.
Negeri yang banyak omong, Penuh fitnah kotor.
Begitu banyak pembohong Tanpa malu mengaku berdemokrasi.
Padahal dibenak mereka mutlak dominasi uang dan materi.
Tukang dusta, jago intrik dan ingkar janji.
Kini..,
Mobil, tanah, deposito, dinasti, relasi dan kepangkatan.
Politik ideologi dan kekuasaan disembah sebagai Tuhan.
Ketika dominasi materi menggantikan tuhan.
Kini..,
Negeri kita penuh dengan wong edan, gendeng dan sinting.
Negeri padat, jelma, gelo, garelo, kurang ilo, manusia gila, kronis, motologis, secara klinis nyaris sempurna, infausta.
Jika penjahat-penjahat ini dibawa didepan meja pengadilan.
Apa betul mereka akan mendapat sebenar-benar hukuman.
Atau sandiwara tipu-tipuan terus-terus diulang dimainkan.
Divonis juga tapi diringan-ringankan.
Bahkan berpuluh-puluh dibebaskan.
Lantas yang berhasil mengelak dari pengadilan lari keluar negeri dibiarkan.
Dan semuanya itu tergantung pada besar kecilnya uang sogokan
Di Republik Rakyat Cina, Koruptor Dipotong kepala.
Di kerajaan arab saudi, Koruptor Dipotong tangan.
Di Indonesia, Koruptor Dipotong masa tahanan.
Kemudian berhanyutanlah nilai-nilai luhur luar biasa tingginya.
Nilai Keimanan, kejujuran, rasa malu, kerja keras, tenggang rasa, pengorbanan, Tanggung jawab, ketertiban, pengendalian diri, Remuk berkeping-keping
Akhlak bangsa remuk berkeping-keping.
Dari barat sampai ke timur Berjajar dusta-dusta itulah kini Indonesia.
Sogok Menyogok menjadi satu, Itulah tanah air kita Indonesia.
Kami Muak dan bosan..
Kami Sudah lama Kehilangan kepercayaan..
....
No comments :
Post a Comment
Syukron atas komentarnya, HAMASAH!!!