Melalui 'Drama' yang begitu panjang, akhirnya DPR menyetujui APBN-P 2013 lewat keputusan voting dalam rapat paripurna Senin (17/6) malam.
Kenaikan harga BBM menjadi Rp 6.500 untuk premium dan Rp 5.500 untuk solar sudah di depan mata.
Atas keputusan ini perasaan khawatir menghantui para pengemudi taksi yang mendengarkan hal ini lewat radio didalam kendaraannya.
"Kita sesama sopir taksi, malam tadi dengar keputusan ketok palu yang katanya BBM siap dinaikkan lewat radio," ungkap Prapto, seorang pengemudi taksi , Selasa (18/6/2013).
"Katanya jadi Rp 6.500 yah per liter harga premium," imbuh Pria yang telah beristri dan memiliki seorang anak ini.
Sambil mengerutkan dahinya, Prapto lantas bercerita. Menurutnya, keputusan menaikkan harga BBM dinilai memberatkan para pengemudi taksi.
"Sudah pasti berat. Kaya kita ini BBM ditanggung pengemudi. Jadi kita setor per hari itu tidak dapat insentif dari kantor untuk BBM," katanya.
Beban BBM yang ditanggung pengemudi taksi, sambung Prapto sudah dilakukan selama setahun belakangan.
"Dulu kita 40% BBM ditanggung oleh perusahaan taksi. Sekarang tidak. Dulu dihitung per kilo, jadi 1 liter itungannya 11 kilo. Nah jadi per hari narik kita masih diganti uang BBM-nya," papar Prapto.
Per harinya, Ia bertugas selama 18 jam dan mendapatkan komisi atas setoran harian.
"Jadi itung-itungannya gini, kalau sehari kita narik bisa setor Rp 500.000 kita mendapatkan komisi Rp 150.000. Nah itu kan sudah bersih, BBM ya ditanggung sendiri dari komisi itu," tuturnya.
"Nah kalau BBM naik ya pusing kita. Beban naik juga dan harus bayar lebih," terangnya.
Ia juga menyayangkan keputusan Presiden SBY yang menaikkan harga BBM jelang puasa dan lebaran.
"Karena memang biasanya BBM naik ya sudah 5 sampai 6 bulan semua ikut naik harga-harga makanan dan semua lah," katanya pria yang telah 12 tahun bekerja sebagai pengemudi taksi ini.
Apakah Prapto mengerti soal Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) alias 'Balsem' yang siap digelontorkan pemerintah?
"Tidak tahu. Apa itu. Kayak BLT gitu ya? Saya nggak mengerti, saya kan tinggalnya ngontrak di Cikampek. Saya belum dikabari ada begitu-begituan," tutur Prapto.
Jika harus memilih, Prapto meminta agar BBM tidak naik. Suara ayah satu anak ini cukup tinggi ketika menyampaikan penolakan kenaikan BBM.
"Coba tolong lah. Tugas negara kan ya kasih bantuan atau subsidi-subsidi gitu ke rakyatnya. Termasuk harga BBM. Saya nggak ngerti apa itu APBN sampai defisit kayak di iklan. Yang saya tahu dan ingin ya BBM murah gitu aja," tegas Prapto.[dtk/im]
Kenaikan harga BBM menjadi Rp 6.500 untuk premium dan Rp 5.500 untuk solar sudah di depan mata.
Atas keputusan ini perasaan khawatir menghantui para pengemudi taksi yang mendengarkan hal ini lewat radio didalam kendaraannya.
"Kita sesama sopir taksi, malam tadi dengar keputusan ketok palu yang katanya BBM siap dinaikkan lewat radio," ungkap Prapto, seorang pengemudi taksi , Selasa (18/6/2013).
"Katanya jadi Rp 6.500 yah per liter harga premium," imbuh Pria yang telah beristri dan memiliki seorang anak ini.
Sambil mengerutkan dahinya, Prapto lantas bercerita. Menurutnya, keputusan menaikkan harga BBM dinilai memberatkan para pengemudi taksi.
"Sudah pasti berat. Kaya kita ini BBM ditanggung pengemudi. Jadi kita setor per hari itu tidak dapat insentif dari kantor untuk BBM," katanya.
Beban BBM yang ditanggung pengemudi taksi, sambung Prapto sudah dilakukan selama setahun belakangan.
"Dulu kita 40% BBM ditanggung oleh perusahaan taksi. Sekarang tidak. Dulu dihitung per kilo, jadi 1 liter itungannya 11 kilo. Nah jadi per hari narik kita masih diganti uang BBM-nya," papar Prapto.
Per harinya, Ia bertugas selama 18 jam dan mendapatkan komisi atas setoran harian.
"Jadi itung-itungannya gini, kalau sehari kita narik bisa setor Rp 500.000 kita mendapatkan komisi Rp 150.000. Nah itu kan sudah bersih, BBM ya ditanggung sendiri dari komisi itu," tuturnya.
"Nah kalau BBM naik ya pusing kita. Beban naik juga dan harus bayar lebih," terangnya.
Ia juga menyayangkan keputusan Presiden SBY yang menaikkan harga BBM jelang puasa dan lebaran.
"Karena memang biasanya BBM naik ya sudah 5 sampai 6 bulan semua ikut naik harga-harga makanan dan semua lah," katanya pria yang telah 12 tahun bekerja sebagai pengemudi taksi ini.
Apakah Prapto mengerti soal Bantuan Langsung Sementara Masyarakat (BLSM) alias 'Balsem' yang siap digelontorkan pemerintah?
"Tidak tahu. Apa itu. Kayak BLT gitu ya? Saya nggak mengerti, saya kan tinggalnya ngontrak di Cikampek. Saya belum dikabari ada begitu-begituan," tutur Prapto.
Jika harus memilih, Prapto meminta agar BBM tidak naik. Suara ayah satu anak ini cukup tinggi ketika menyampaikan penolakan kenaikan BBM.
"Coba tolong lah. Tugas negara kan ya kasih bantuan atau subsidi-subsidi gitu ke rakyatnya. Termasuk harga BBM. Saya nggak ngerti apa itu APBN sampai defisit kayak di iklan. Yang saya tahu dan ingin ya BBM murah gitu aja," tegas Prapto.[dtk/im]
No comments :
Post a Comment
Syukron atas komentarnya, HAMASAH!!!